بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم "Assalamualaikum.Wr.Wb Selamat Datang di Blog Ulun" Blog Mengenai Kota Pangkalan Bun

Sabtu, 05 Mei 2012

Sejarah Kerajaan Kotawaringin

      Selamat malam pekawanan blog ulun kali ini ulun akan berbagi tentang SEJARAH KERAJAAN KOTAWARINGIN semoga postingan ini bisa memperluas wawasan anda mengenai kabupaten Kotawaringin Barat.
     Menyelusuri jejak-jejak sejarah Kerajaan Kotawaringin, terlebih dahulu kita harus mengetahui kerajaan Banjar. Karena keturunan raja banjarlah yang mulai pertama membangun kerajaan Kotawaringin. Sultan Mustailla Raja Kerajaan Banjar memiliki putra 4 orang dan seorang putri masing-masing bernama :
1. Pangeran Adipati Tuha, ialah yang menjadi Raja dikerajaan Banjar. Bergelar Sultan    Inayatullah.
2. Pangeran Adipati Anum.
3. Pangeran Antasari (Pahlawan Nasional).
4. Pangeran Adipati Anta Kasuma.
5. Putri Ratu Aju.
     Pangeran Adipati Tuha & Pangeran Adipati Antakasuma ini sama-sama berambisi menjadi raja/menguasai suatu daerah. Berambisi dingin, selalu ditempuh dengan hati dan pikiran dingin pula melalui sidang musyawarah berdua kakak beradik. Diantaranya kedua putra mahkota berbakat membangun dan memimpin kerajaan berkat didikan kerajaan banjar. Setiap rakyat jika dapat dilatih sebagai pahlawan bangsa, Apalagi sebagai seorang pangeran wajib membela dan meneruskan kerajaan serta membela nusa dan bangsanya sendiri, walaupun masih bersifat sekelompok masyarakat kecil di waktu itu.
     Kedua putra mahkota masing-masing menggambarkan keinginannya dalam rangka berunding, mengungkapkan sportif terbuka jelas dan mantap. Terutama pangeran Adipati Antakasuma terhadap pangeran Dipati Tuha.Pangeran Adipati Antakasuma menjelaskan bahwa tak mungkin dua orang akan memerintah kerajaan banjar. Yakinlah pangeran Antakasuma bahwa dipatu Tuhalah yang wajar meduduki kerajaan banjar.
     Relakanlah ia pergi kedaerah lain untuk membangun kerajaan baru. Usulan yang meyakinkan itu telah membuka jalan yang paling baik memecahkan persoalan kedua kakak beradik. Dengan hati legah, pikiran segar serta tangan terbuka, Pangeran Dipati Tuha merestui rencana baik adiknya. Suatu rencana melebarkan sayap daerah dan kekuasaan. Pangeran Dipati Tuha turut mengatur dan mempersiapkan segala perlengkapan perang, sandang pangan dan kebutuhan lainnya untuk perjalanan jauh yang tidak diketahui arah tujuannya.Hanya dengan satu harapan, bahwa rombongan berencana membangun kerajaan baru dan sukses.




     Setelah perlengkapan cukup yang diperkirakan memenuhi kebutuhan hidup jangka waktu panjang, berangkatlah rombongan pencari daerah baru untuk membangun kerajaan baru.Rombongan menaiki perahu layar, berlayar dengan haluan arah ke barat. Pancaindra adalah alat utama menentukan tempat yang akan dituju. Teluk demi teluk, rantau satu persatu dilampaui dengan penuh tanda tanya.???. "Apakah tempat ini yang paling baik untuk memusatkan pemerintahan kerajaannya.??". Setiap sungai yang mengajak mereka masuk, selalu diselidiki dan coba disesuaikan dengan rasa, cocok atau tidak. Mula-mula masuklah mereka keteluk sebangau. Sementara mereka memasuki teluk sebangau, timbullah perasaan yang seakan akan suara kerajaan banjar masih riuh mengganggu tambur telinga mereka. Pangeran dengan stapnya mengambil keputusan, memutar haluan mencari daerah yang lebih tepat lagi. Berangkat maju kemudian bertemu pula dengan daerah Mendawai.Rombongan pencari daerah baru berinti sebentar dan berpikir, bertukar rasa dan pendapat.Perasaan mereka terdesak dengan kata-kata hati, agak curiga tak aman.Masih ada daerah yang lebih senang memuaskan rasa.
     Dari sungai katingan dikampung mendawai, rombongan ini kembali ke muara sungai berlayar ke laut. Sedang asyik berlayar terlihat pula mereka akan teluk yang memanggil mereka untuk menelitinya. Sungai mentaya namanya mereka masuk jauh ke dalam memperhatikannya dengan serius. Dalam perjalanan yang mengasyikan itu, tibalah mereka kesuatu cabang anak sungai, mereka memasukinya, lama mereka memperhatikannya cermat. Rombongan berkesimpulan tempat ini terlalu sempit. Sungainya kecil dan telah mempengaruhi perasaan mereka menjadi sempit. Karena perasaan inilah sehingga tempat ini dinamanya pula sempit. Nama ini telah terbawa bawa hingga sekarang ini. Tempat tersebut dinamai orang Sampit. Sekarang kota Sampit menjadi Ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur.


     Rombongan pencari daerah baru ini memutar haluan menuju kembali kelaut. Dalam perjalanan menepi laut kearah barat, terlihat pula mereka sebuah teluk yang agak ada harapan bagi mereka, dari kejauhan laut nampak sebuah kampung, haluan ditujukan kearah kampung tersebut. Dengan penuh harapan akan bergabung dengan penduduk kampung kecil itu. Sayang dalam perundingan bersama penduduk kampung ini menolak usulan rombongan pencari daerah baru itu. Karena mereka merasa dibuang tidak menerima usulan mereka maka kampung ini mereka namai kampung Pembuang.
     Rombongan ini tidak memutar haluan mereka kelaut, tapi langsunglah mereka menyelusuri sungai seruyan sampai kehulu. Disana mereka menemui sebuah kampung lagi. Mereka tidak bertanyakan sesuatu , hanya mereka nama kampung ini Pembuang Hulu saja.  Sungai belum juga habis airnya. Kelihatan sungai ini masih memanggil rombongan untuk lebih kehulu lagi. Rombongan pun maju lebih kehulu, kebetulan diketumakan sebuah kampung lagi yang bernama rantau pulut, dikampung ini pangeran beserta stapnya berunding dengan kesimpulan bahwa mereka harus meninggalkan sungai dan harus mengikuti daratan.

Route Perjalanan Rombongan Adipati Antakusuma

Tanda panah dari Banjarmasin sampai ke Pangkalan Bun


     Mulailah mereka masing-masing memegang dan memikul barang apa saja yang harus menjadi tanggungannya. Pangeran serta stapnya merintis jalan yang akan ditempuh. Dan pada akhirnya mereka tiba disuatu daerah yakni daerah pandau, dihulu sungai arut berdiam suku dayak arut. Pertemuan dua rombongan yang saling tidak mengenal, hampir saja timbul perang sumpit, kewibawaan pangeran serta stap yang cepat disorot rombongan suku dayak arut, telah mengajak spontan ingin berunding. Dengan gaya berani tapi ramah, kepala suku dayak arut mendekati rombongan pencari daerah baru itu, dan mengusulkan ingin berunding. Ingin cari tahu apa kiranya maksud rombongan baru ini. Panjang lebar rencana diuraikan cukup meyakinkan dan menimbulkan ingin hidup bersama. Kepala suku dayak arut mengumpulkan seluruh rakyat di bawah kekuasaannya dan mengindoktrinasinya. Kita harus bersatu menerima rombongan pendatang ini dan harus membantu mereka pula dalam segala rencana mereka. Kita beruntung kedatangan mereka, mereka akan jadi raja kita, telah sekian lama kita menderita, banyak kesulitan yang kita alami membawa upeti kepada raja banjar yang jauh sekali. Berbulan-bulan pulang pergi untuk mengantarkan upeti kita kepada raja banjar. Dengan adanya raja baru dan dekat dengan kita, pasti sudah kita tidak akan mengulangi pengalaman pahit masa lampau. Namun demikian kita harus memohon imbalan penghargaan raja terhadap kita. Kita berjanji akan setia kepada kerajaan dalam segala tuntutan, tapi kerajaan harus perlakukan kita bukan sebagai hamba, tapi sebagai pembantu utama dan kawan yang terdekat  atau sebagai saudara yang baik. Kita tidak akan menyembah sujud kehadapan raja, cukuplah dengan memberi hormat, sopan santun yang wajar dari bawahan terhadap atasan. Hasil perundingan ini disodorkan kehadapan raja/pangeran. Usulan ini ditimbang dan diterima baik oleh pangeran dan seluruh stap.
     Jika dizaman modern ini orang memakai surat perjanjian, beslit bermeterai, maka dizaman itu perjanjian bermatraikan darah manusia.
     Dari pihak suku dayak arut, mengusulkan agar perjanjian ini bukan hanya dibibir saja, melaikan harus bermatrai darah manusia yang terambil seorang dari suku dayak arut dan seorang dari antara rombongan Pangeran Adipati Antakasuma.Sukar diterima oleh pikiran manusia yang beragama, menyembelih seorang manusia untuk persoalan janji saja. Tapi karena adat mendesak, maka masing-masing menarik salah seorang diantara kedua rombongan ini untuk dijadikan korban perjanjian. Kedua orang calon korban ini tidak pernah menyangkal, malahan merasa bangga karena terpilih sebagai korban. Mereka dianggap ksatria dan pahlawan bangsa. Dengan rela mereka menyerahkan jiwa raga mereka menjadi korban perjanjian setia antara kedua suku yang saling mengikat rasa kekeluargaan.

Batu Petahan : Batu saksi sepanjang zaman antara suku Dayak Arut dengan
rombongan dari Banjar.

     Sebelum kedua calon korban ini berdiri siap untuk dikorbankan, mereka mengadopsi sebuah batu yang harus ditancapkan ke tanah sebagai bukti turun temurun saksi sepanjang masa. Dengan melakukan upacara adat yang hikmah, Kedua calon korban berdiri disamping batu saksi, yang sekarang terkenal dengan nama "BATU PETAHAN", dipandau daerah kecamatan pangkut kabupaten Kotawaringin Barat, propinsi Kalimantan Tengah. Calon korban dari pihak suku dayak berdiri menghadap kehulu asal datangnya dan seorang calon korban dari rombongan Pangeran berdiri menghadap kehilir, mengibaratkan asal datangnya. Dengan sikap kepahlawanan, kedua calon korban ini menunggu saatnya diakhiri hidupnya dengan sabar sampai selesai upacara berjanji-janjian antara kedua kepala rombongan itu. Selesai upacara sumpah setia, kepala suku dayak arut mencabut mandaunya dan ditusukan menembusi kedada korbannya, darah memancur kencang, Korban dari rombongan pangeranpun ditusuk pula sehingga kedua darah korban ini memancur bersilang dan jatuh bersatu membasahi tanah. Percampuran darah secara langsung dan disaksikan seluruh rakyat kedua pihak inilah yang telah dimaksud untuk mempersatukan rasa dan pikiran bersatu dalam segala rencana bersama.
   Selesai sudah segala upacara janji setia, disambunglah dengan acara bebas, makan minum berpesta-pesta untuk melupakan rasa sedih akan kepergian kedua pahlawan korban yang suci dan hikmad bagi mereka dijaman itu. (Perlakuan ini tidak pernah dijalankan lagi. Kalau diadakan, maka korbannya diganti dengan hewan. Penduduk kedua belah pihak sekarang telah banyak mengerti agama).
     Nah ini lah sekelumit crita berdirinya kerajaan Kotawaringin yang ulun ketahui, dilain waktu nanti kita akan lanjutin pembahasan sejarah KOBAR sobat ulun, Wasalam...:)
emoticonTolong dibaca terlebih dahulu !

Anda sedang membaca artikel tentang Sejarah Kerajaan Kotawaringin Bagi Anda pembaca blog dakobar.blogspot.com bisa menyebarluaskan atau mengcopy paste jika artikel Sejarah Kerajaan Kotawaringin sangat bermanfaat, namun jangan lupa meletakan link postingan Sejarah Kerajaan Kotawaringin sebagai sumbernya, berikut link posting bentuk html-nya :
 
Keterangan : Letakan kode diatas dibawah postingan Anda

0 komentar:

Posting Komentar

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ "Terima Kasih Atas Kunjungan Anda di Blog Ulun"
Share